Bending test merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga dan dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan pada saat yang bersamaan. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu:

  1. Kekuatan tarik (Tensile Strength).
  2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada material.
  3. Tegangan luluh (Yield Stress).

Setelah menekuk, permukaan spesimen yang berbentuk cembung harus diperiksa lebih lanjut guna memeriksa kemungkinan adanya retak atau cacat. Apabila spesimen mengalami patah (fracture) setelah ditekuk, maka spesimen dinyatakan gagal uji (rejected). Namun jika tidak patah maka kriteria keberterimaan seperti jumlah retak, dimensi retak atau cacat permukaan lain yang terlihat pada permukaan harus disesuaikan dengan standar yang diacu. Adanya retak pada sisi ketebalan atau sudut-sudut spesimen tidak dinyatakan sebagai kegagalan pengujian.

Kecuali dimensinya melebihi ukuran yang ditentukan oleh standar. Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji tekuk bending dibedakan menjadi 2, yaitu transversal bending dan longitudinal bending. Apabila kedua jenis pengujian tersebut digunakan pada benda hasil pengelasan, maka pemotongan area pengelasan harus disesuaikan dengan jenis pengujiannya. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil pengelasan secara visual setelah benda ditekuk.

Alasan Diperlukannya Bending Test

Insinyur sering ingin memahami berbagai aspek perilaku material, tetapi uji tarik atau tekan uniaksial yang sederhana mungkin tidak memberikan semua informasi yang diperlukan. Saat benda uji dibengkokkan atau ditekuk, benda uji mengalami kombinasi gaya yang kompleks termasuk gaya tarik, tekan, dan geser. Untuk alasan ini, pengujian tikungan biasanya digunakan untuk mengevaluasi reaksi material terhadap situasi pembebanan yang realistis. Data uji lentur dapat sangat berguna ketika suatu bahan akan digunakan sebagai struktur pendukung. Misalnya, kursi plastik perlu memberi dukungan ke banyak arah. Saat kaki berada dalam tekanan saat digunakan, kursi harus menahan gaya lentur yang diterapkan dari orang yang duduk. Produsen tidak hanya ingin menyediakan produk yang dapat menahan beban yang diharapkan, material juga perlu kembali ke bentuk aslinya jika terjadi pembengkokan.

Tes tikungan umumnya dilakukan pada mesin uji universal menggunakan perlengkapan tikungan 3 atau 4 titik. Variabel seperti kecepatan uji dan dimensi spesimen ditentukan oleh standar ASTM atau ISO yang digunakan. Spesimen umumnya kaku dan dapat dibuat dari berbagai bahan seperti plastik, logam, kayu, dan keramik. Bentuk yang paling umum adalah batang persegi panjang dan spesimen berbentuk silinder.